Kapolda Riau: Pemberantasan Korupsi Di Riau Harus Dicabut Sampai ke Akar-Akarnya

Pelarian Muhammad ST Mantan Plt Bupati Bengkalis Berakhir Di Jeruji Polda Riau

Istimewa. (Dok.Bidhumas Polda Riau) Ket.Foto: Pelarian Tsk Muhammad, ST mantan Plt Bupati Bengkalis Berakhir di Jeruji Polda Riau.

GARDAPOS.COM, PEKANBARU - Pelarian mantan Pelaksana Tugas (plt) Bupati Bengkalis Muhammad, ST sejak awal Maret 2020 yang ditetapkan oleh Polda Riau masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) akhirnya kandas dibalik jeruji Polda Riau.

Tersangka dugaan korupsi pipa transmisi PDAM di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ini menurut keterangan rilis Ka.Bidhumas Polda Riau Kombes Pol Sunarto, kepada gardapos, Senin (10/8/2020) menjelaskan, bahwa Muhammad lari dan bersembunyi, berpindah-pindah tempat dari Pekanbaru pindah ke Jakarta, ungkapnya.

Setelah terendus ada di Jakarta, pindah ke Bandung, Jogyakarta, berganti tempat dari hotel ke hotel, hingga akhirnya ke kota Jambi dan Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Pada awal pelarian yang bersangkutan masih menjabat sebagai Plt Bupati, setelah Bupati Amril Mukminin ditahan oleh KPK. 

Sejak Februari 2020, Muhammad mengendalikan Pemerintahan Kabupaten Bengkalis dari tempat persembunyiannya, hingga keluar keputusan Gubernur Riau berupa SK Pengangkatan Sekda Bengkalis Sdr. Bustami HY selaku Pelaksana Harian (Plh) pada 11 Maret 2020.

"Buronan (Muhammad) kita tahan sejak Jumat lalu di Mapolda Riau," kata Kapolda Riau, Irjen Pol Agung Setya Imam Effendi, SIK, SH, MSi, melalui Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda Riau, Kombes Pol Andri Sudarmadi, Minggu (9/8/2020).

Sebelumnya Penyidik telah melakukan pemanggilan pertama sebagai tersangka pada 3 Februari 2020 lalu, namun Muhammad tidak hadir.

Kemudian pada panggilan kedua juga tidak hadir tanpa alasan yang sah. Lalu saat itu tersangka mengajukan penundaan pemeriksaan dengan alasan akan melaksanakan pernikahan putri kandungnya dan bermohon untuk diperiksa pada tanggal 25 Februari 2020.

Namun, kata Kombes Andri, jadwal penundaan yang ditentukan tersebut, tersangka juga tidak pernah hadir. Saat itulah penyidik langsung cek keberadaan tersangka di kantor Bupati Bengkalis, rumah dinas, rumah pribadi maupun lokasi-lokasi yang diduga menjadi tempat persinggahannya namun tersangka Muhammad tidak ditemukan dan diketahui telah melarikan diri, pungkasnya.

Mangkir dua kali dari panggilan penyidik, Muhammad justru tiba-tiba mengajukan Praperadilan ke PN Pekanbaru terhadap penetapan status tersangka yang didaftarkan pada Rabu, 26 Februari 2020, dengan Nomor Register Perkara 4/Pid.Pra/2020/PN Pbr. Namun upaya praperadilan tersebut kandas dan pengadilan menolak seluruh isi gugatan praperadilannya.

Dalam putusannya di PN Pekanbaru, Selasa, 24 Maret 2020 lalu, Hakim tunggal Yudisilen mengatakan, Ditreskrimsus Polda Riau dalam menetapkan Muhammad sebagai tersangka sudah sesuai prosedur dan perlu dibuktikan di persidangan. Kemudian Polda Riau menetapkan Muhammad dalam Daftar Pencarian Orang (DPO), awal Maret 2020, usai mangkir dari dua kali panggilan.

Selanjutnya pada dasar penetepan DPO, kata Andri, Muhammad tidak kooperatif selama proses penyidikan. Plt Bupati Bengkalis ini langsung menghilang usai ditetapkan sebagai DPO oleh Polda Riau. Dengan ditolaknya praperadilan Muhammad, hakim memerintahkan penyidik Ditreskrimsus Polda Riau untuk melanjutkan proses penyidikan dugaan korupsi pengadaan pipa transmisi PDAM di Tembilahan, Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) pada 2013 silam.

"Sebelum penahanan, kita lakukan pemeriksaan rapid test untuk memastikan yang bersangkutan tidak dalam status reaktif Covid-19," kata Andri.

Polda Riau menerapkan protokol kesehatan terhadap seluruh tahanan yang baru masuk, maupun sedang menjalani masa penahanan. Tahanan baru wajib mengikuti rapid test sebelum masuk dan akan dilakukan swap selama dalam penahanan.

Penahanan terhadap tersangka Muhamad, ST ini adalah jawaban atas komitmen Polda Riau dalam memberantas Korupsi, tegasnya.

“Pemberantasan korupsi itu harus dicabut sampai ke akar-akarnya, sehingga tidak muncul kembali dimasa yang akan datang” pernyataan Kapolda beberapa waktu yang lalu dalam sebuah diskusi. 

Polda Riau mendeteksi adanya pola unik korupsi di Riau berupa keterlibatan swasta, bukan penyelenggara negara atau PNS, sebagai pengendali korupsi. Kemudian lanjutnya perlu pendekatan khusus dalam menghadapi kejahatan yang menyedot darah rakyat itu, salah satunya dengan ketegasan, tutupnya.


(*/bpr/red)


[Ikuti GardaPos.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar