Politik

Pijar Melayu: Sorot Kualitas Penyelenggaraan Pilkada Serentak Di Masa Pandemi Covid-19

Rocky Ramadani

GARDAPOS.COM, PEKANBARU - Pesta demokrasi lokal melibatkan 9 dari dari 12 kab/kota di Bumi melayu Riau pada 9 Desember mendapat perhatian serius dari Pijar Melayu, demikian dikatakan Direktur Eksekutif Pijar Melayu Rocky Ramadani dalam rilisnya, Rabu (9/9/2020) kepada gardapos.com.

Rocky menyatakan kecemasannya terhadap kualitas penyelenggaraan dan potensi konflik pilkada dimasa pandemi Covid-19, pungkasnya.

Menurutnya potensi penurunan kualitas pilkada dikarenakan berkurangnya kesempatan calon pemilih untuk mengenal visi dan misi paslon peserta pilkada serentak. Ditiadakan kampanye terbuka seyogyanya diiringi dengan komitmen paslon meningkatkan kuantitas kampanye dialogis dari satu komunitas ke komunitas lainnya.

“Namun kami meragukan paslon pilkada berkemauan melakukan kampanye door to door yang menyita waktu dan tenaga”, kata Rocky.

Selai itu tingkat partisipasi pemilih yang rentan berkurang drastis karena kekhawatiran penyebaran virus corona. Kekhawatiran ini sangat beralasan sehingga penyelenggara pemilu memiliki tantangan berat untuk mengatasi hal ini.

“Kami mengharapkan penyelenggara pilkada sungguh-sungguh menjalankan sosialisasi dan mematuhi protokol kesehatan guna meyakinkan pemilih hadir di tempat pemungutan suara”, jelas Rocky. 

Sejauh ini Rocky mengkhawatirkan situasi tersebut dimanfaatkan oleh paslon pilkada mengambil jalan pintas untuk meraih kemenangan melalui money politik. Sempitnya ruang pemilih mengenal kandidat dan ketakutan warga datang ke TPS sangat-sangat mungkin disiasati oleh paslon dengan membagikan uang kepada pemilih untuk meraih kemenangan. Ironisnya, tanpa pandemi saja, money politik sudah seperti menjadi kelaziman dalam pilkada apalagi kali ini dilaksanakan dimasa pandemi Covid-19”, tegas Rocky.

Disisi lain rocky juga menggaris bawahi kerentanan terjadinya konflik politik pilkada serentak di Provinsi Riau. Berkurangnya partisipasi pemilih yang mesti diiringi dengan mobilisasi "die hard" pendukung paslon dapat meningkatkan potensi konflik. Hal ini sepatutnya bisa di deteksi dini dan diantisipasi oleh penegak hukum, penyelenggara pemilu serta paslon agar bumi Melayu Riau terhindar dari konflik sosial yang akan merugikan kita semua. 

“Pihak Kami mencatat beberapa hal yang telah muncul mengiring persoalan pilkada seperti himbauan esponen tokoh adat agar memilih calon dari kelompok tertentu, dukungan "vis a vis" sejumlah ormas kepemudaan terhadap paslon, serta potensi isu sara yang mulai menyeruak dipermukaan sedari masa pendaftaran paslon.

"Ya Sinyalemen-sinyalemen ini tidak boleh diremehkan guna menghindari terjadinya konflik yang kita khawatirkan tersebut”, tutup Rocky. [ ]


[Ikuti GardaPos.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar