Opini sbnc

Mencari ‘Hantu Asap’

GARDAPOS.COM, YOGYAKARTA - Seakan mencari hantu siapa dalang pembuat asap alias pembakar hutan dan lahan di Riau. Dalam dunia mistis hantu, genderowo, hantu jibalang tanah entah apalah namanya itu sesuatu yang penuh misteri.

Dalam dunia api, asap tak lepas dari angin. Pada jaman tetua kampung dulu kalau hendak membakar ladang takkan lepas dari unsur angin. Dalam prosesi pembakaran lahan seseorang atau kelompok dijamin tidak akan menjalar ke lahan lain karena unsur angin dimainkan.

Maka ada istilah kampung sebelum membakar ladang ‘Malandang’ (membersihkan sepadan-red) agar saat membakar ladang api tidak menjalar ke lahan sebelah. Tidak itu saja sehari akan membakar ladang semua mahkluk halus dan nyata penghuni lahan yang akan dibakar disuruh pergi meninggalkan ladang yang akan dibakar. Agar penghuni lahan bebas dari unsur mistis.

Dan memang nyatanya tak ada kebakaran menjalar ke lahan milik orang lain. Tetapi sekarang jaman sudah berubah. Aturan sudah dibuat, membakar lahan sudah dilarang.

Menangkap pelaku pembakaran hutan dan lahan (Karhutla) apakah sesuatu yang susah?

Menurut data yang dirangkum sbnc bahwa hingga, Kamis (15/8), sudah ditetapkan 35 orang tersangka, salah satunya korporasi PT Sumber Sawit Sejahtera (SSS).

“Sampai hari ini, 15 Agustus 2019, sudah ditetapkan 35 tersangka. Ada penambahan empat tersangka perorangan dari hari sebelumnya,” ujar Kabid Humas Polda Riau, Kombes Pol Sunarto, Kamis (15/8/) seperti dilansir cakaplah.com.

Penambahan tersangka ditangani Polres Dumai dan Polres Pelalawan. Kalau sebelumnya Polres Dumai menahan lima tersangka, kini bertambah jadi delapan tersangka sedangkan Polres Pelalawan yang sebelumnya menangani 2 tersangka bertambah 1 tersangka.

Lahan yang terbakar yang ditangani kepolisian juga bertambah dari, Rabu (14/8/2019). Jika sebelumnya lahan terbakar seluas 373.155 hektare kini bertambah jadi 477.155 hektare.

Pertanyaannya mengapa baru satu korporasi yang dijadikan tersangka? Sementara menurut logika kami bahwa pemilik lahan terluas di Riau adalah korporasi perkebunan kelapa sawit.Tentu yang punya lahan yang terluas juga berpotensi karhutlanya makin luas dan banyak. Sementara yang terjadi logika terbalik.

Apakah seperti ilustrasi di atas bahwa api dan angin sudah dimainkan?


Penulis: SBNC, Yogyakarta, 16 Agustus 2019.


[Ikuti GardaPos.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar