Opini

Pasca Diresmikan PT APR, Dari Tangan Cebok Tak Hapal Pancasila dan Bau Busuk

Presiden RI, Joko Widodo saat menekan tombol peresmian fasilitas PT APR, Jumat (20/2/2020) di Pangkalan Kerinci, Riau.

GARDAPOS.COM, PELALAWAN - Pasca Presiden Jokowi resmikan fasilitas pabrik viscose rayon PT APR terintegrasi terbesar di Indonesia, dari tangan cebok tak hapal Pancasila dan bau busuk zat kimia klorin yang tercium warga Pangkalan Kerinci hingga nukilan pantun pembuka Anderson Tanoto:

‘Dari kayu manjadi benang
Benang dipintal menjadi pakaian
Tamu mulya sudah datang
Terimakasih Pak Presiden Joko Widodo Sudah datang dan rombongan".

Pantun Anderson Tanoto (Instagram: Anderson Tanoto) saat pidato pada peresmian PT APR di depan Presiden Joko Widodo, Jumat (20/2/20).

Itulah sebait pantun dari putra Sukanto Tanoto, Anderson Tanoto saat memberikan kata sambutan ketika acara peresmian PT APR di kawasan pabrik PT RAPP Pangkalan Kerinci Timur, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.

Tak terbayangkan begitu bahagianya pemilik perusahaan dan kroninya ketika orang nomor satu di Indonesia itu meresmikan pabrik mereka yang katanya omsetnya belasan triliun.

Tidak hanya meresmikan pabrik rayon saja, Joko Widodo juga meninjau pembibitan (nursery) akasia yang juga milik perusahaan Sukanto Tanoto.

“Saya kira dari pesemaian nursery 300 juta bibit kapasitas yang sangat besar,” ungkap Pak Joko Widodo dalam sambutannya, (Instagram, Anderson Tanoto).

Kedatangan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo pada hari Jumat, 20 Februari 2020 lalu dalam rangka peresmian PT APR banyak menimbulkan polemik di tengah masyarakat Kabupaten Pelalawan.

Yang menjadi sorotan warga Pelalawan yang tajam disaat penekanan tombol peresmian fasilitas PT APR tersebut. Saat peresmian itu maju bersama Presiden Jokowi dalam penekanan tombol peresmian fasilitas perusahan rayon itu. Yang ikut menekan tombol tanda peresmian, Presiden Jokowi didampingi, Taipan Sukanto Tanoto, Anderson Tanoto, Direktur PT APR, Gubernur Riau, Syamsuar.

Yang menjadi sorotan dalam penekanan tombol tersebut Sukanto Tanoto sepertinya (maaf: red) kurang beradat. Karena Pak Presiden Jokowi dan yang lainnya menekan tombol tersebut mengunakan tangan kanan. Yang menjadi perhatian dan pertanyaan, mengapa Bos RGE itu mengunakan tangan kirinya disaat penekanan tombol bersama Kepala Negara Republik Indonesia? Sedangkan yang lain ikut menekan tombolnya mengunakan tangan kanan.

Sungguh luar biasa mengapa ini terjadi. Pada hal budaya, penggunaan tangan kiri bisa dianggap sesuatu yang tidak sopan dan kurang beretika. Apalagi dalam "Budaya Melayu Riau". Sesuatu yang mengunakan tangan kiri hal yang pantang.

Kemudian menjadi sorotan lainnya yakni ketika selesai memberikan sambutan, Jokowi meminta beberapa karyawan PT APR untuk maju ke depan. Pertama, Jokowi meminta karyawan yang menempati beberapa posisi untuk maju ke depan.

Dari itu, majulah 3 karyawan yang mana terdapat satu pria dan juga dua orang wanita. Ketika sudah berada di atas panggung, kemudian seperti hal biasa yang dilakukan oleh Jokowi di setiap kunjungannya adalah memberikan pertanyaan.

Dewi, wanita yang menggunakan seragam hijau ini diminta oleh Jokowi untuk membacakan Pancasila. Dewi terpatah-patah saat membacakan Pancasila dan tak hapal membacakan Pancasila dan Pak Presiden yang mengajarkan Dewi dan mengikuti Pak Presiden membacakan Pancasila persis seperti anak SD.

Dengan tidak hapalnya seorang karyawan PT APR ini menjadi perhatian serius dan tanggapan bagi masyarakat Pelalawan.

Tokoh pemuda kecewa karena karyawan PT APR atau PT RAPP tak hafal Pancasila saat ditanya Presiden Jokowi.

Ketua Aliansi Pemuda Pelalawan, Ahmad Dhani S.Pd kecewa dengan pihak PT RAPP terkait karyawanya tidak hafal Pancasila di muka publik. Tokoh Pemuda Kabupaten Pelalawan dan sekaligus Ketua Aliansi Pemuda Pelalawan, Ahmad Dhani S.Pd mengaku kecewa dengan pihak manajemen PT RAPP dengan tidak hafalnya dasar negara, tentunya Group APRIL itu telah membuat malu Presiden Jokowi di Bumi Lancang Kuning.

“Nasionalis menajemen PT RAPP ini bisa jadi tanda tanya,?. Sedangkan pendidikan karyawannya setinggi langit, Pancasila yang menjadi dasar NKRI saja tidak hafal kalah sama anak SD, tentunya sangat memalukan marwah Pelalawan dan Riau,” terang Dhani Kepada wartaporos.com, Jumat (21/2/2020) di Pangkalan Kerinci.

Namun, Pak Jokowi secara langsung memandu dan mendikte satu persatu butir-butir Pancasila, seperti dilansir dalam saluran YouTube yang telah beredar,” Terkait kejadian itu, Ia meminta BPIP segera memberikan pendidikan Pancasila kepada Karyawan Sukanto Tanoto,” tegasnya.

Lain halnya yang dialami warga dan anggota BPD Desa Lalang Kabung Kecamatan Pelalawan, Suswanto, S.Sos, dan juga sekaligus sebagai Ketua LSM KPK Nusantara Kabupaten Pelalawan kepada Pesisirnews, Sabtu (22/02/2020) melalui pesan WhatsApp. Memang secara langsung kami masyarakat Desa Lalang Kabung belum begitu merasakan dampak limbah dari operasional PT Asia Pasific Rayon (APR) ini, tapi kami selaku masyarakat yang berdampingan langsung dengan perusahaan pasti merasa khawatir akan pencemaran limbah yang akan terjadi.

Sekarang saja kami sudah merasa berat dengan bau limbah yang dihasilkan oleh perusahaan PT APR kata Suswanto, S.Sos.

Sepulang Presiden Jokowi setelah peresmian PT APR warga hanya ditinggalkan bau busuk yang diduga keluar lewat cerobong pabrik PT APR. Beberapa hari ini saja asal waktu sore menjelang malam menyeruak bau yang menyengat.

Karena itu polusi udara tersebut menjadi sorotan oleh Aliansi Pemuda dan Mahasiswa Pelalawan Bersatu (APMPB). Dan hal ini akan menyikapi keresahan warga Pangkalan Kerinci Kabupaten Pelalawan Riau, terhadap bau busuk menyengat yang diduga bersumber dari limbah PT RAPP atau PT APR dengan melakukan aksi demontrasi, Selasa (25/2/2020) pekan depan.

“Selasa pekan depan, kita aksi demo terkait bau busuk yang sudah menjadi santapan warga setiap harinya,” kata Masparyanto, koordinator aksi didampingi Syariat, Jumat (21/2/2020) dilansir dari riaueditor.com.

Masparyanto menambahkan, surat pemberitahuan aksi sudah mereka layangkan ke Polres Pelalawan. Setidaknya, APMPB akan menggelar aksi di tiga titik pada Senin pekan depan tersebut.

“Dua titik ada di Pos 1 dan Pos 2 PT RAPP. Kemudian di kantor Bupati Pelalawan,” sebut Atan, demikian ketua Perindo Kabupaten Pelalawan ini akrab disapa.

Ada dua tuntutan yang akan disampaikan APMPB. Keduanya ditujukan ke PT RAPP dan APR. Pertama, hilangkan bau busuk dari limbah produksi Pulp PT RAPP dan APR.

“Kemudian kita minta, hentikan penggunaan zat klorin dalam produksi Kertas PT RAPP dan produksi tissu atau tekstil dari PT APR,” tegas Atan.

Atan menyebutkan, dalam aksi nanti massa dari APMPB akan melakukan aksi diam tutup mulut dan hidung. Sebagai bentuk protes terhadap bau busuk yang tercium oleh warga. Mereka hanya akan membentangkan spanduk, baliho dan tulisan lainnya.

“Kita hanya menuntut, PT RAPP dan
APR untuk menghentikan bau busuk yang saban hari dihirup warga. Apalagi ketika akan hujan, sedang hujan,” tutupnya.

Kehadiran PT APR akankah membawa manfaat bagi masyarakat tempatan atau akan membawa mudharat bagi sipil "society" khususnya di Kabupaten Pelalawan? Awalnya saja seperti ini, lalu bagaimana ke depannya? Wallahu a’lam bish-shawabi. (*)

 

Opini ditulis oleh: H.M. Rojuli, S.Sos

Wartawan suaraburuhnews.com
Pangkalan Kerinci, 23 Februari 2020.


[Ikuti GardaPos.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar