Nasional

Nasionalisme PNI Patut Diteladani Parpol Modern, Dr Emrus Sihombing: Ada 2 Kelompok Sosial Susah Tergugah Nasionalismenya

(dokumen istimewa, antaranews)

GARDAPOS.COM, JAKARTA - Nasionalisme Partai Nasional Indonesia (PNI) patut diteladani partai politik modern Indonesia. Ungkapan ini tentunya didasari dari latarbelakang sejarah pada masa perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan kolonialisme pada masa tahun 1927.

Pendapat ini direfleksikan oleh ungkapan seorang Pengamat Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Dr Emrus Sihombing yang disampaikannya kepada gardapos dikutip dari media antaranews, minggu (5/7) dimana ia menilai semangat nasionalisme para tokoh Partai Nasional Indonesia (PNI) patut menjadi teladan bagi partai-partai politik di era modern sekarang.

Selaku Direktur Eksekutif Emrus Corner, Dr Emrus Sihombing mencoba untuk merefleksikan pada hari kelahiran Partai Nasional Indonesia (PNI) tanggal 4 Juli 1927 yang dikenal sebagai parpol tertua di Indonesia yang didirikan dengan nama awal Perserikatan Nasional Indonesia oleh Soekarno, Dr Tjipto Mangunkusumo, Mr Budhyarto Martoarmodjo, Mr Iskak Tjokroadisurjo, dan sejumlah tokoh lainnya.

"Belajar dari sejarah, kita bisa belajar bagaimana PNI saat itu dengan semangat nasionalisme mengobarkan perjuangan melawan penjajah," pungkasnya.

Emrus menilai semangat nasionalisme secara organisasi sebenarnya sudah terpupuk baik di parpol-parpol yang ada di Indonesia sekarang, tetapi masih banyak individu yang berperilaku menyimpang dari nasionalisme, ujarnya.

"Ya walaupun bisa dikatakan oknum, contohnya korupsi. Korupsi itu mengambil hak orang lain, hak rakyat. Maka, bisa dikatakan (koruptor) itu nilai nasionalismenya 'zero' alias nol," tegasnya.

Nasionalisme, jelas Emrus, adalah menumbuhkan semangat persatuan tanpa membedakan latar belakang dan golongan dengan satu tujuan yang sama sebagai bangsa.

Makanya, ia mengatakan semangat nasionalisme saat masa perjuangan lebih mudah dikobarkan karena sedang menghadapi penjajah yang membuat seluruh elemen bangsa bersatu tanpa membedakan latar belakang.

Sudah semestinya semangat nasionalisme yang sama harus dimiliki generasi sekarang ini. Makanya, perlu dikonstruksi semacam 'ancaman' yang harus dihadapi bersama-sama, yakni ketertinggalan dari bangsa lain, jelasnya.

"Jika mengusir melawan kolonialisme penjajahan dan merdeka adalah menjadi pengobar semangat nasionalisme zaman dulu, maka ketertinggalan dari bangsa lain dan ingin maju harus menjadi pengobar nasionalisme di zaman sekarang" pungkas Dr Emrus.

Nah, persoalannya ada dua kelompok sosial yang membuat susah tergugah nasionalismenya, yakni:

Pertama, mereka yang merasa telah menikmati kesejahteraan di Indonesia tanpa merasa tertinggal dari bangsa lain.

Kedua, kelompok masyarakat yang belum mendapatkan kesejahteraan, tetapi mereka tidak sadar ketertinggalan ini sebagai ancaman bagi bangsa.

Oleh karena itu, Emrus mengingatkan parpol-parpol yang ada sekarang harus bisa menggugah semangat nasionalisme para kader mudanya dengan merefleksikan semangat nasionalisme PNI dengan kondisi sekarang.

"Artinya, semangat nasionalisme Soekarno, tokoh PNI, dan para pejuang kemerdekaan jangan sampai luntur karena alasan apapun," tegasnya. [*]


[Ikuti GardaPos.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar