Tunjuk Ajar Melayu

Wakil Dalam Acuan Budaya Melayu Riau

GARDAPOS.COM - Budaya Melayu umumnya, Melayu Riau khasnya, amatlah cermat dalam menentukan dan menetapkan orang yang mereka percayai menjadi "wakil"nya. Orang tua-tua mengatakan: "Apabila wakil tersalah tunjuk, niat yang baik ujungnya buruk", atau dikatakan "Apabila salah memilih wakil, hajat tak sampai kerja tak sangkil". Didalam ungkapan adat ditegaskan lagi: "Apabila wakil tidak senonoh, tuah tercampak marwahpun runtuh" atau dikatakan: "Apabila wakil tidak semenggah, kerja yang baik jadi menyalah" atau dikatakan: "Apabila wakil tersalah pilih, banyaklah tumbuh silang selisih" dan seterusnya.

Ungkapan-ungkapan demikian mencerminkan betapa pentingnya kedudukan wakil dalam kehidupan orang Melayu. Karenanya, mereka selalu memilih wakil-wakilnya dengan penuh pertimbangan dan kehati-hatian, supaya wakil yang terpilih adalah "wakil sebenar wakil", yang patut dan layak dipercaya, yang memegang amanah dan janji, yang tahu diri, dan memahami beban yang dipikulnya, Arif dalam perilaku dan bijak dalam melaksanakan tugas serta kewajibannya. Wakil inilah yang dianggap wakil yang mampu menghayati dan mencerna "suara hati" orang atau masyarakat yang diwakilinya, sehingga ia terbebas dari kepentingan pribadi atau kelompoknya semata.

Kearifan orang Melayu dalam memberikan "tunjuk ajar" mengenai "wakil-wakilnya di paterikan pula di dalam beragam untaian pantun dan syair, yang intinya mengingatkan setiap anggota masyarakatnya agar selalu berhati-hati dalam memilih dan menentukan "wakil"nya.

Didalam pantun adat dikatakan:
"Apabila kail tidak berumpun
Manakan mau ikan mendekat
Apabila wakil tidak beriman
Manakan tahu buruk dan jahat"

"Apabila kancil jadi pelanduk
Tentulah banyak kijang tertawa
Apabila wakil hatinya busuk
Tentulah banyak orang teraniaya"

"Kalau mencungkil kelapa muda
Tentu isinya dapat dimakan
Kalaulah wakil tamak dan loba
Tentu dibenci anak kemanakan"

"Kalau mengail semenjak pagi
Tentulah banyak mendapat ikan
Kalaulah wakil bijak Bestari
Tentulah tegak tuah di badan"

"Elok katil karena besinya
Besi bersepuh air perada
Elok wakil karena budinya
Budi senonoh orang percaya"

Selanjutnya pula dalam syair ada dikatakan:

"Menjadi wakil tidaklah mudah
Karena diikat janji dan sumpah
Bebannya berat memegang amanah
Apabila lalai dilaknat Allah"

"Menjadi wakil sungguhlah berat
Karena memegang amanah umat
Apabila hatinya dengki khianat
Disumpahi orang dunia akhirat"

"Menjadi wakil kuatkan iman
Lapangan dada panjang fikiran
Kepercayaan umat jangan diabaikan
Supaya hidup di rahmati Tuhan"

"Menjadi wakil janganlah sombong
Petuah diingat amanah dijunjung
Utamakan hidup tolong menolong
Sakit dan senang sama ditanggung"

"Menjadi wakil jangan serakah
Ingat selalu janji dan sumpah
Tengok-tengok umat yang susah
Supaya aib tidak terserah"

"Menjadi wakil tahukan diri
Jangan mengejar untung sendiri
Kepentingan umat harus di fikiri
Supaya hidup tidak terkeji"

"Menjadi wakil lapangkan dada
Marwah diri hendaklah jaga
Bekerja jangan mengada-ngada
Supaya orang tetap percaya"

"Menjadi wakil luruskan niat
Memikul beban membela umat
Jauhkan sifat dengki khianat
Hindarkan pula kerja maksiat"

"Menjadi wakil hendaklah sadar
Apabila tak tahu harus belajar
Petuah yang baik wajib di dengar
Supaya tugas tidak terlantar"

"Menjadi wakil pelapis dada
Membela umat menjaga bangsa
Berani berkorban tahan menderita
Supaya Marwah tetap terjaga"

Kemudian selain itu budaya Melayu memilih-milih pula wakil ini di dalam 93 jenis wakil, ada yang baik dan ada pula yang buruk dan tidak layak dijadikan wakil atau bahkan dipantangkan untuk menjadi wakil. Kearifan mereka memilah-milah wakil ini menjadi acuan sejak dahulu, sehingga menumbuh kembangkan perilaku yang "tahu diri", bertanggungjawab, amanah, teguh kepada sumpah dan janji dan mampu melaksanakan semua kewajibannya dengan baik dan benar sesuai menurut alur dan patutnya.

Perilaku ini pula yang menyebabkan dahulu orang bijak berfikir "seribu kali" sebelum menyatakan dirinya sanggup menjadi wakil, karena mereka malu bila ternyata dirinya tidak mampu memenuhi amanah dan janji yang dipikulnya.

Sekarang dunia sudah banyak berubah, perilaku terpuji nyaris diabaikan orang, sehingga kedudukan menjadi wakil, termasuk "wakil rakyat" seakan menjadi "rebutan" tanpa mengukur kemampuan dirinya sendiri. Hal ini dapat saja terjadi karena mengharapkan sesuatu dengan kedudukan sebagai wakil itu, atau karena dianggap sebagai "Kedudukan terhormat" dan menjadi "Kebanggaan", sehingga melupakan asas dasar dari fungsi utamanya sebagai "wakil rakyat".

Oleh karenanya, bagi mereka yang kebetulan duduk sebagai wakil, terutama "wakil wakil rakyat" perlu diingatkan agar selalu menempatkan dirinya sebagai wakil yang benar, wakil yang memenuhi kriteria budaya Melayu, tidak sekedar sebagai "wakil wakilan" yang tidak ada manfaatnya bagi masyarakat, bangsa dan negara yang diwakilinya.

Dengan menyimak 93 jenis wakil yang disebutkan budaya Melayu, diharapkan mereka mampu menempatkan dirinya pada tempat yang benar, dan menjauhkan dirinya dari perilaku "wakil" yang di pantangkan orang Melayu.

Semua rakyat berharap, agar siapapun yang menjadi "wakil wakil"nya, sebaiknya menempatkan dirinya sebagai wakil yang terpuji, bukan yang terkeji, sehingga keberadaannya benar-benar menjadi andalan dan tumpuan harapan rakyat yang di wakilinya. Sebaliknya, apabila "sang wakil" dimaksud tidak berperilaku sebagaimana yang diharapkan, tentulah akan direndahkan oleh rakyat yang diwakilinya, dan tidak mustahil akan merusak harkat, martabat dan marwahnya.

"Wakil yang tidak senonoh" ini tentunya akan dibenci orang, dan akan mendapat kecaman atau bahkan "umpat caci" dari rakyat yang diwakilinya.

Selain itu dengan menyimak ke 93 jenis wakil ini, diharapkan semua pihak menyadari bahwa kedudukan sebagai wakil, apapun namanya, bukanlah kedudukan yang mudah atau tempat mencari keuntungan pribadi atau kelompoknya saja, tetapi adalah kedudukan yang hakikatnya memikul beban amanah dan sumpah yang berat, yang di pertanggungjawabkannya baik selama hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Kesadaran ini mudah-mudahan dapat menjadikan mereka sebagai wakil yang Arif dan bijak, wakil yang berdada lapang dan berfikiran jernih, berwawasan luas serta bertanggungjawab. Wakil inilah yang di dambakan masyarakat, yang akan menjadi harapannya dan akan menjadi kebanggaan mereka.[]


Dihimpun dan disusun oleh redaksi gardapos dari berbagai makalah Alm. Tenas Effendy


[Ikuti GardaPos.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar