Opini

'Jangan Bangunkan Singa Tidur': Bisa Menimbulkan Antipati Dari Rakyat

(foto Ist)

Oleh: Emrus Sihombing, Komunikolog Indonesia.

 

GARDAPOS.COM - Ada berbagai macam pesan komunikasi politik dalam suatu kontestasi politik. Satu diantaranya, bentuk pesan yang menakut-nakuti rakyat atau bisa juga dimaknai sebagai kesombongan politik dari orang yang melontarkan pesan tersebut.

Padahal, saat pesan dilontarkan situasi politik sedang tidak ada sama sekali yang perlu ditakuti oleh masyarakat termasuk takut terhadap orang yang melontarkan pesan tersebut.

Pesan "jangan bangunkan singa tidur," misalnya, dari aspek komunikasi politik sebagai salah satu contoh pesan menakut-nakuti atau bisa juga dikategorikan sebagai tindakan komunikasi politik "kesombongan politik" dari orang yang memproduksi dan atau yang menyampaikan pesan tersebut.

Disadari atau tidak, pesan nenakut-nakuti atau kesombongan politik tersebut justru membuat rakyat menjaga jarak dan bahkan semakin jauh dari aktor politik yang bersangkutan.

Akibatnya, rakyat menjadi tidak setuju atau menolak sama sekali gagasan, termasuk tidak mendukung kehendak politik dari aktor politik tersebut.

Padahal, di negara kita yang berdasarkan Pancasila, pesan komunikasi politik tersebut tidak perlu terlontar ke ruang publik sebagai pesan yang serius.

Pancasila mengajarkan kita tentang keberadaban sebagaimana tertuang pada Sila Kedua Pancasila yaitu, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Artinya, setiap pesan komunikasi yang disampaikan ke ruang publik harus berbasis pada kemanusiaan dan keberadaan. Karena itu, tidak boleh melontarkan pesan menakut-nakuti dalam bentuk apapun.

Lagi pula, di era keterbukaan dan globalisasi serta masifnya sosial media, khalayak komunikasi politik di seluruh jagad raya sudah tidak dapat lagi ditakut-takuti. Sebaliknya, pesan yang menakut-nakuti tersebut hanya memperburuk posisi politik yang bersangkutan di tengah masyarakat/rakyat.

Oleh karena itu, jelas bahwa lontaran pesan komunikasi politik dengan sebutan, "jangan bangunkan singa tidur", sebagai bentuk pesan menakut-nakuti khalayak atau komunikan, siapapun komunikannya, termasuk rakyat, dari tindakan penyampaian pesan tersebut.

Namun di sisi lain, efek komunikasi politiknya bisa menimbulkan antipati dari masyarakat/rakyat terhadap dukungan politik dari aktor politik yang bersangkutan.

Selain itu, pesan "jangan bangunkan singa tidur" bisa bermakna kegalauan dari aktor politik yang bersangkutan karena bisa jadi kemungkinan tujuan politik kelompok atau individunya tidak mendapat dukungan publik yang terungkap dari survey opini publik.[]


[Ikuti GardaPos.com Melalui Sosial Media]




Tulis Komentar