Perkokoh Silahturahmi, Pesan Tokoh Masyarakat Riau Azmun Ja'far di Rumah Singgah Dtk Engku Wan Ahmat

Kamis, 03 Oktober 2024

Tokoh Masyarakat Riau Azmun Ja'far di Rumah Singgah Langgam (1/10).

GARDAPOS.COM, LANGGAM - Tujuan silahturahmi dan temu ramah dengan stakeholder bahasa kerennya ungkap Datuk Engku Raja Lela Putra, Wan Ahmat, Selasa (1/10/2024) bersama tokoh masyarakat Riau, Azmun Ja'far dihadapan para undangan karib kerabat di rumah singgah, kelurahan langgam adalah untuk memberikan pemahaman kepada pemilik kepentingan maupun individu anak kemenakan, ulama dan cerdik pandai khususnya masyarakat adat di kabupaten Pelalawan.

Kata atau istilah Stakeholder ini lanjut Datuk Engku sudah tegas termaktub dalam peraturan perundangan undangan yang ada, yang berarti pemangku kepentingan, yaitu individu atau kelompok yang memiliki kepentingan, hubungan, dan pengaruh terhadap suatu organisasi, perusahaan, atau isu.

"Ya, kalau stakeholder ini benar berfungsi, kabupaten Pelalawan akan maju dan sama sama kita menikmati." Pungkas Datuk Engku, Wan Ahmat.

Jadi salah satu stakeholder itu adalah tokoh masyarakat, yang dirujuk Datuk Engku kepada mantan Bupati Pelalawan Azmun Ja'far pada masanya. Nah, beliau ini kalau dulunya disebut dengan gelar adatnya adalah sebagai Datuk Setia Amanah, kalau saat ini berubah nama/gelar disebut dengan gelar Datuk Tunggul Amanah bagi pemimpin/bupati yang menjabat, jelasnya.

Jadi, kembali kepada tujuan silahturahmi dengan mengundang Datuk Setia Amanah, bapak Azmun Ja'far ini adalah untuk memfungsikan beliau kembali sebagai salah satu stakeholder (salah satu tokoh masyarakat Riau dari kabupaten pelalawan) yang pernah menjabat bupati Pelalawan pada masanya agar negeri kita ini kembali berkembang dengan pemikiran pemikiran yang bisa kita ambil, resapi sebagai pembelajaran seperti apa arah tujuan kabupaten Pelalawan ini kedepannya, ungkap Wan Ahmat.

Kembali disampaikan Datuk Engku Raja Lela Putra, Wan Ahmat selaku Wazir Besar Pewaris Kerajaan Pelalawan masih terkait peran stakeholder di kabupaten Pelalawan, bahwa dirinya beberapa waktu lalu sampai saat ini terus berjuang melakukan gugatan Perbuatan Melawan Hukum (PMH)/menggugat PT. MUP yang telah puluhan tahun beroperasi di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan agar memiliki fungsi untuk masyarakat adat kedepannya.

"Ya, itulah harapan saya selaku Datuk Engku yang juga merupakan bagian dari stakeholder ini, agar anak kemenakan, Ninik mamak, karib kerabat, ulama, pemuda dan pemudi kita harus paham akan arti pentingnya makna dari stakeholder itu. Maka dari itu saya mengundang bapak Azmun Ja'far ini salah satu tokoh Pelalawan yang saat ini sudah menjadi tokoh masyarakat Riau untuk dapat membantu saya untuk meluruskan adat istiadat, terus untuk menggugat/memberitahu/menyurati perusahaan perusahaan baik "HTI dan Perkebunan" yang ada di kabupaten Pelalawan, agar menjalankan kewajiban 20 persen hak untuk masyarakat seperti gugatan terhadap PT.MUP yang hampir 2 (dua tahun) berjalan hingga saat ini dengan biaya dan suka dukanya saya tanggung sendiri karena saya punya kewajiban selaku stakeholder yaitu pucuk segala batin dan penghulu penghulu di kerajaan Pelalawan.

Nah, dengan demikian tentu pertanyaan ada, apakah saya harus diam atau tidak berbuat? tegas saya menjawab: "saya harus berbuat dan tidak diam, itulah pilihan yang harus saya ambil." tegas Wan Ahmat.

Selanjutnya tokoh masyarakat Riau, Azmun Ja'far mantan bupati Pelalawan dalam sambutannya menyampaikan, bahwa hampir 15 tahun dirinya meninggalkan Langgam, Kabupaten Pelalawan.

"Ya sudah lama saya tidak berkunjung dan saya merasa terpanggil untuk bertemu dengan sanak family, keluarga yang ada di langgam ini, sehingga saya sempat hubungi Datuk Engku Raja Lela Putra, Wan Ahmat dan dia mengatakan, "bilo ado kesempatan sayo nak ke langgam", tapi kunjungan ini bukanlah wacana politik. Dan saya tidak mau masuk dalam wacana politik itu," ungkap Azmun.

Dari Tokoh Masyarakat Pelalawan Jadi Tokoh Masyarakat Riau

Alhamdulillah saat ini saya salah satu dari tokoh Pelalawan juga termasuk salah satu tokoh masyarakat di Provinsi Riau, dimana tiga gubernur masih minta pendapat sama saya. Pak Wahid, pak Nasir, kemudian pak Syamsuar para Paslon gubernur Riau saat ini yang ikut dalam kontestasi di Pilkada serentak 2024 juga mengajak saya didalamnya, tapi saya memilih berada dalam posisi dimana ada dan disitu saya juga ada.

Namun, saya mengutamakan masyarakat Pelalawan. Karena masyarakat Pelalawan ini ada punya nilai persamaan hati nurani dengan saya khususnya langgam.

Apa sejarahnya saya (Azmun Ja'far, red) di langgam? Ia mengisahkan bahwa kalau dalam cerita sejarah kakak saya dulunya juga pernah disini, kemudian abang saya juga pernah jadi camat di langgam, karena saya merasa untuk kabupaten Pelalawan dari Kuala Kampar, Ukui sampai ke langgam dan perbatasan teratak buluh itu serasa bukan orang lain lagi, sudah tahu saya, ungkap Azmun.

Sehingga ketika saya menjabat jadi Bupati Pelalawan dahulu, dari 56 Desa saya kembangkan menjadi 105 Desa dari 4 kecamatan berdirilah 12 kecamatan termasuk Bandar Seikijang, Bandar Petalangan, Pelalawan, Teluk Meranti, dan termasuk Pangkalan Lesung.

"Ya, karena maaf cakap, kalau ditanya dalam hati saya, tak bisa jauh saya dari pelalawan, tak bisa," kata Azmun.

Tapi ada satu prinsip yang penting bagi saudara-saudaraku, pemuda/i, tokoh masyarakat, alim ulama, cerdik pandai dan lainnya untuk diketahui, bahwa yang tua itu pasti pernah jadi muda, tapi kalau yang muda itu belum tentu dia bisa menjadi tua, karena Allah SWT yang menentukan. Bisa saja dari pengalaman itu juga menjadi pemimpin di masyarakat.

Tapi, alhamdulillah saya mulai dari pegawai di kabupaten Bengkalis dan 7 tahun menjadi bupati Pelalawan tidak ada satupun proyek-proyek yang saya tinggalkan mubazir dan terbengkalai. Mulai dari simpang Bunut sampai ke sokoi itu 169 KM panjangnya.

"Tadi (Selasa pagi 1/10) pak SF Hariyanto saya telpon, "pak cagub Riau, anda sebagai pimpro pertama jalan lintas Bono itu dan saya minta peresmian tapi terakhir jalan lintas Bono itu, siap pak bupati kata dia sama saya.

Nah, tentu saya men support supaya bagaimana mereka itu memperhatikan Pelalawan khususnya. Disini Azmun Ja'far dalam pandangannya menyampaikan beberapa hal kepada tokoh tokoh masyarakat, anak kemenakan dan cerdik pandai, bahwa langgam khususnya dan Pelalawan umumnya kita ini sudah ibaratkan gula. Apabila gula ini makin banyak tentu semakin banyak semut akan datang. Itu sudah hukum alam.

Nah, semut yang datang itu harus selektif, disitulah dulu muncul ide saya membangun jembatan langgam. Bayangkan setiap bulan ada saja orang berkelahi di ponton Rapp itu, setiap bulan.

Jadi, disitulah muncul wacana saya, apakah mungkin setiap masyarakat langgam ini setiap bulan berkelahi di jembatan ponton Rapp, dan maka itu saya harus membangun suatu jembatan langgam saat ini.

Kemudian dilain hal ungkap Azmun, dirinya merasa sedih, waktu dulu saya jadi bupati Pelalawan tokoh masyarakat itu semua ada! Karena masalah waktu mereka sudah tidak ada lagi. Kini saya merasa berjarak sedikit, kenapa pak Azmun sekarang diam? Karena persoalannya saya lebih memperhatikan orang-orang tua, karena bagaimanapun orang tua ini pernah jadi muda, saya minta pendapat, minta nasehat, saya minta pandangan bagaimana Pelalawan ini bisa maju cepat.

Salah satu contoh, waktu saya dulu membuka jalan dari simpang Bunut ke Sokoi 169 KM panjangnya, lebih kurang 35 desa terbuka. Waktu itu tidak ada teknologi, saya panggil kepala desa berapa kilometer panjang jalannya. Dan itu hanya kepala desa saja yang memberitahu, hanya ada selisih 7 kilometer saja setelah diukur oleh pihak PU (Dinas Pekerjaan Umum, red) waktu itu, kata Azmun.

Kemudian lanjutnya, kehadirannya di rumah singgah ini, hanya menyampaikan, pertama: marilah kita menjaga silahturahmi dengan baik, apalagi dengan adanya program nasional yakni pesta demokrasi, apalagi saat ini sedang berlangsung tahapan pilkada (pemilihan kepala daerah), untuk itu saya minta jangan bertengkar karena beda pilihan, oleh sebab itu makanya saya menginginkan orang tua kita disini memberikan suatu pandangan dan jangan gegara pilkada beda pilihan bertengkar.

"Jabatan bupati dan wakil bupati itu hanya 5 tahun, 5 tahun menjadi anggota DPRD, nasib jabatan itu hanya 5 tahun seterusnya kita tidak tahu menjadi apa? Maka itu saya minta jaga kerukunan, silahturahmi diantara kita", ungkapnya.

Pembangunan itu bukan berhasil karena jembatan, bangunan, jalan. Pembangunan itu berhasil dari dalam rumah tangga, kalau rumah tangga kita berhasil, mendidik anak, kita bisa memberikan suatu kehidupan kepada keluarga kita, Inshaallah bahwa pembangunan itu akan berhasil. Nah ini yang perlu saya sampaikan kepada masyarakat kabupaten Pelalawan, bahwa pembangunan itu berawal dari rumah tangga.

Saya menginginkan pemimpin Kabupaten Pelalawan kedepan itu adalah orang yang Fathonah dan Tawadu'. Fathonah yang dimaksudkan itu adalah sosok yang cerdas, dia bisa mencarikan uang untuk pembangunan, dia bisa memberikan kontribusi yang baik bagi kabupaten pelalawan, kemudian dia tahu bagaimana nasib masyarakat Pelalawan, itu orang yang sifatnya Fathonah.

Kemudian orang yang Tawadu' artinya orang yang rendah hati. Pemimpin itu perlu rendah hati, kalau pemimpin itu hanya memperlihatkan ke egoan nya, aku ini aku aku ini aku...ingat! Pemimpin itu jabatannya hanya 5 tahun beda dengan nabi, khalifah. Jadi, oleh sebab itulah saya menyarankan kedepan daerah kita ini maju, khususnya langgam ini.

Tadi sempat saya tanyakan, dulu waktu saya jadi bupati Pelalawan, mesjid langgam itu ada bantuan dari KKPA setiap minggu/panen dari perusahaan! apakah itu masih ada? warga jawab tidak ada.

Saya sampai hari ini masih ada madrasah di Bunut, itu saya bantu dari hasil KKPA 10 kapling, Alhamdulillah gurunya tidak mengeluh sampai hari ini. Karena dari hasil kebun sawit itu saja sudah bisa banyak membantu. Artinya bagi saya pribadi tidak ada pencitraan, tapi Tuhan akan membalasnya.

15 tahun lamanya berlalu saya tidak lagi menjabat bupati dan Alhamdulillah bapak ibu bisa lihat kondisi saya sampai hari ini, itu berkat doa doa masyarakat. 5 penjara sudah saya masuki tapi Alhamdulillah dari 5 penjara itu semua diberi kemudahan dari Allah, bahwa saya selama memimpin terus berusaha memberikan yang terbaik bagi masyarakat, saya membangun jalan untuk dilalui masyarakat.

Jadi saya hadir dalam acara silahturahmi ini dihadapan bapak ibu semua bukan untuk melihatkan saya itu hebat, tapi menyampaikan, bahwa sayalah penggores pertama pembangunan kabupaten Pelalawan.

Kalau sekiranya tidak gigihnya kami dulu, tidak berkorbannya kami, saya dan tim saya waktu itu belum tentu pangkalan kerinci itu seperti saat ini, belum tentu langgam itu seperti sekarang ini kita tidak tahu...tetapi saya waktu itu hanya terus berupaya memprioritaskan kepentingan kepentingan masyarakat.

Namun demikian sampai hari ini saya terus memantau aktifitas kondisi kabupaten Pelalawan, bagaimana langgam membangun berinteraksi dengan masyarakat sekelilingnya, tutupnya.

 

(gp1)