Taufik Hidayat, Ketua Dewan Kesenian Riau (DKR).
GARDAPOS.COM, PEKANBARU - Dewan Kesenian Riau (DKR) menggelar Pingat Kejohanan Tari 2022. Helat ini berlangsung mulai dari 14 Maret hingga 21 April mendatang.
"Pingat Kejohanan Tari DKR ini sudah dilaksanakan tahun sejak tahun 1999, namu pada tahun 2013 kegiatan ini terhenti karena beberapa hal. Sekarang, DKR kembali menggelar Pingat Kejohanan Tari," kata Sunardi, Ketua Komite Tari DKR, Kamis (24/3/2022) yang sekaligus sebagai Ketua Panitia Pingat Tari 2022, Sunardi.
Rangkaian Pingat Kejohanan Tari 2022 ini, jelas Sunardi, diawali dengan pendaftaran secara terbuka, kemudian pembekalan terhadap peserta, selanjutnya tahapan produksi karya. Setelah itu tahapan pengiriman karya, penilaian karya dan terakhir bedah karya sekaligus pengumuman pemenang.
"Pingat Kejohanan Tari 2022 ini berlangsung mulai hari ini, Rabu, 14 Maret sampai 21 April 2022," ucap Sunardi.
Koreografer muda di Riau yang ingin ikut Pingat Kejohanan Tari 2022, sambung Sunardi, sangat luar biasa antusiasnya tapi panitia membatas jumlah peserta hanya 12 orang dan satu koreografer undangan.
"Peserta Pingat Kejohanan Tari 2022 DKR ini sebanyak 13 koreografer yang berasal dari Kabupaten Kepulauan Meranti, Kampar, Rohul, Inhil, Rohil, Siak, Kota Dumai dan Pekanbaru," beber Sunardi.
Saat membuka Pingat Kejohanan Tari 2022 DKR, Ketua Umum DKR Taufik Hidayat alias Atan Lasak, mengatakan Pingat Kejohanan Tari 2022 ini adalah bagian dari upaya DKR dalam merawat seni budaya khususnya tari. Para peserta diberi kebebasan dalam mengekspresi gerak yang tentunya berakar dari nilai-nilai budaya dan adat Melayu.
"Kita harus melakukan ekspansi seni budaya agar kita bisa merawat dan melestarikan seni budaya. Maknanya, seniman harus berinovasi, memandang sesuata objek seni budaya dengan sudut pandang berbeda menggunakan kaca mata yang lebih besar atau global. Dari sini nantinya akan lahir secara alamiah nilai ekonomisnya," ungkap Atan Lasak.
Dicontohkan Atan Lasak, pada teater tradisi Randai tidak hanya ada di Kuansing namun orang Sumbar juga mengenal seni budaya ini. Dalam Randai ada bagian tari yang diperan seorang sosok dalam dua karakter, yakni bujang dan gadis.
Seniman tari harus mampu melakukan ekspansi terhadap Randai, mengangkatnya dengan isu yang lebih menglobal. Misalnya, mengangkat tari tentang genre bujang dan gadis namun berakar dari Randai itu sendiri. Sehingga Randai nantinya dikenal seluruh dunia dalam konsep baru.
Atan Lasak menyebutkan, bahwa seni budaya itu akan terus bergerak sesuai dengan tuntutan zaman. Bergeraknya seni budaya, ucap Atan Lasak, harus direspon seniman.
"Seni budaya itu tidak kaku, dia bisa mengikuti zaman atau seni budaya itu sendiri yang mengubah zaman. Selamat mengikuti Pingat Tari 2022 DKR, semoga helat ini bernilai amal ibadah," kata Atan Lasak.**(rillis)