Ket.gbr dari kiri Gubri, Kajati Riau, dan H. Fauzi Kadir. (Foto Istimewa).
GARDAPOS.COM, PEKANBARU - Fauzi Kadir tokoh Riau yang dikenal sangat kritis menyikapi masalah sosial kemasyarakatan, sebagaimana dilansir dari detaksatu (18/12) menilai kepemimpinan Syamsuar sebagai Gubernur Riau masih jauh dari ekspektasi publik.
Kritikan tersebut disampaikan tokoh masyarakat Riau H Fauzi Kadir pada Kamis 16 Desember 2021 bukan tanpa dasar. Menurutnya, masih jauh nya ekspektasi publik terhadap Gubernur Riau Syamsuar yang memasuki rentang waktu 3 tahun menjabat sebagai Gubernur Riau ini ada tiga hal penting untuk menilai kepemimpinan seorang Kepala Daerah, ungkap Fauzi Kadir.
Tiga point dalam menilai kepemimpinan seorang kepala daerah itu. Pertama soal pembangunan, kedua soal politik, dan ketiga kemasyarakatan.
“Dari tiga hal itu, saya melihat tidak ada yang masuk spek, dan kita tidak bisa berharap banyak dari pak Syamsuar. Makanya ketika dipertanyakan tentang itu saya bilang innalillahi wainnalillahi rojiun,” kata Fauzi, teman dekat Mahfud MD ini.
Kritik Fauzi lagi, kalau dilihat dari hal pemerintahan, semuanya berantakan. Struktur organisasi misalnya. Gubernur Riau Syamsuar tidak bisa melihat mana yang patut dipertahankan dan mana yang mesti diganti.
“Semua porak-poranda. Diganti sesuka hatinya. Sampai-sampai soal assessment dibuatnya macam pilkada." Pungkasnya.
Suara satu bisa jadi sebelas. Sehingga produknya itu tidak qualified. Saya (Fauzi Kadir, red) bukan ahli assessment, tetapi saya ahli metodologi. Itu ada kritik internal dan kritik eksternal. Kalau eksperimennya itu ada di internal, itu yang kita kritik. Kita bicara riil politik, siapa berprestasi tinggal ditambah saja prestasinya toh,” ucapnya.
Dia (Syamsuar, red) tidak perlu bereksperimen, tambah Fauzi. Karena waktunya sudah berat, hari pun sudah sore. Di ‘gas’ pun sampai seratus delapan puluh tak ada guna.
“Kata orang Minang, ‘entah karambia yang terlalu tinggi, entah tali baruak yang pendek’. Bingung saya,” pungkas Fauzi lagi.
Itu dari sisi internal yang dinilai Fauzi ‘babak belur’. Dilihat dari segi eksternal pembangunan di Riau juga tidak hidup. Tidak terjadi perubahan kultur yang signifikan. Menurut Fauzi, seharusnya seorang gubernur mampu berpikir bagaimana pengusaha-pengusaha lokal bisa hidup.
Begitu juga soal pendapatan daerah dari migas. Sampai sekarang tidak ada perjuangan yang dilakukan kepala daerah menyangkut dana bagi hasil migas.
“Dia (Syamsuar, red) itu penakut orangnya. Tidak ada upaya untuk membela hak masyarakat Riau, begitu juga dari segi administrasi pembangunan," rutuknya.
Sedemikian dalam pandangan mantan aktivis HMI Yogyakarta ini hingga mengatakan tidak ada yang menguntungkan dan terkesan biasa biasa saja dari kepemimpinan Syamsuar yang saat ini menjabat Gubernur Riau.**