Puasa Di Tengah Korona dan Sengkarut Masalah Bangsa

Senin, 12 April 2021

Istimewa.

Oleh: Dr. H. Joni, SH.MH

 

GARDAPOS.COM - Hari selasa, bertepatan dengan tanggal 12 April 2021 adalah hari dimulainya puasa Ramadhan tahun 1422 Hijriyah. Sebuah momentum religi yang merupakan  momentum tahunan, akan senatiasa datang pada setiap tahun, di tengah berbagai masalah kehidupan manusia yang tiada henti. Mobilitas dan interaksi sosial yang terus berkembang dinamis mengiringi perkembangan interaksi sosial yang juga terus melaju bersama perjalanan sang waktu. Akan terus begini sampai akhir waktu tiba, entah pabila.

Kali ini, inventarisasi masalah sengkarut bangsa masih terus terjadi. Sebutlah, berkaitan dengan terorisme, masalah yang berkaitan dengan Undang Undang ITE, dan masih banyak lagi. Kesemuanya itu merupakan sengkarut bangsa yang ibarat  pertanyaan memerlukan jawaban, dan ibarat permasalahan memerlukan solusi, di tengan waktu yang mengharuskan dilaksanakannya ibadah puasa.

Solusi dimaksud tidak  lain adalah dengan menahan diri untuk tidak melakukan hal hal yang bersifat mengurangi nilai puasa. Berhenti kendatipun sejenak dari melakukan hal yang bisa membuat masalah baru. Sesuai dengan ajaran puasa untuk menahan diri, dibutuhkan sikap untuk secara cerdas penuh kesadaran dan penuh tanggungjawab bahwa puasa tak saja melatih untuk berdisiplin dalam hal pembatasan konsumsi, dan nafsu. Lebih dari itu aplikasi menahan diri dari berbagai godaan nafsu  ini dibutuhkan, dan tema yang harus senantiasa diingat dan ditegakkan adalah tidak membuat masalah di tengan sengkarut masalah.
 
Di Tengah Korona  

Ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19 merupakan sebuah tantangan bagi setiap orang, dan pada akhirnya juga menjadi tantangan komunal. Tantangan bersama secara sosial. Secara konkret, di samping keharusan secara individu untuk konsisten menahan lapar lebih dari 12 jam lamanya, setiap individu juga dituntut untuk selalu bisa menjaga kesehatan agar tidak terinveksi virus korona. Justru tantangan individu ini ibarat prosesntase menduduki tempat paling besar dan paling memerlukan energi untuk menghadapinya.

Sebagai satuan waktu, ibarat sebuah kesempatan maka bulan Ramadhan adalah momentum untuk memperbanyak ibadah. Mulai dari sebelum matahari terbit hingga terbenam, maupun setelahnya. 

Kesehatan tubuh atau secara fisik selama  berpuasa sebulan penuh harus lebih dijaga agar ibadah ini bisa berlangsung penuh kekhusukan, dan sejauh mungkin menghindarkan diri dari berbagai interaksi social keduniaan yang mengarah kepada terdegreadasinya kualitas puasa, karena terlibat dalam konflik, friksi dan hal lain yang sejatinya bisa dihindarkan.

Pada sisi lain, virus korona ibarat dalam dunia persilatan masih menunjukkan keperkasaannya. Penyebarannya masih sangat cepat dan mudah menimbulkan infeksi, khususnya pada orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. 

Bahkan terakhir virus ini bermutasi kepada penampilan baru yang memerlukan pengkajian atas kondisi obyektif yang muncul, dengan karakter yang tidak mudah dikenali. Oleh karena itu, siapapun tidak boleh mengabaikan tindakan pencegahan penularan virus yang menyerang sistem pernapasan ini dengan cara menjaga daya tahan tubuh secara sungguh sungguh.
 
Resep Fisik

Menarik, nasehat para pakar yang relevan dan ada hubungannya dengan ibabah puasa secara fisik agar dapat melaksanakan secara baik. Tentu saja hal ini juga berhubungan dengan sikap mental, yang akan berkorelasi positif dengan sikap yang jernih ujntuk menahan diri mencegah konflik serta friksi, sehingga ujungnya dapat berhasil melewatkan Ramadhan dengan ibadah puasa dan berbagai ibadah lain yang menyertainya. Semisal tarawih, tadarrus, bersedekah dan lainnya.

Secara fisik, para pakar memberikan semacam resep, agar puasa dapat terlaksana dengan baik aalahdengan memenuhi nutrisi. Bahwa saat berpuasa dilarang makan dan minum mulai dari subuh hingga magrib. Agar tidak kekurangan energi serta vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, dibutuhkan mengonsumsi makanan bergizi saat sahur maupun saat berbuka puasa.

Meskipun sudah umum, kiranya perlu digaris bawahi relevansinya untuk sahur dan buka puasa dengan makanan yang kaya kandungan karbohidrat kompleks sebagai sumber energi, protein yang dapat menjaga daya tahan tubuh, dan serat untuk melancarkan pencernaan. 

Selain itu, tetap minum air putih yang cukup, mulai dari berbuka puasa hingga sebelum sahur, agar tubuh tidak teradi dehidrasi yang menyebabkan gangguan pada pelaksanaan puasa.

Para pakar juga menganjurkan untuk berolah raga ringan dan beristirahat yang cukup. Bahwa selama bulan Ramadan, tidak sedikit orang yang bangun dini hari untuk melakukan salat. Terkesanm sepele, namun sejatinya menurut para ahli kesehatan ini sangat penting. hendaknya waktu tidur dan istirahat sangat berpengaruh pada imunitas tubuh.

Bahkan hal ini direfleksikan dalam hadis, bahwa tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Dengan demikian agar tetap sehat saat puasa, usahakan untuk tidur dan beristirahat yang cukup.  Sebagai Langkah teknis, dapat mengganti waktu tidur malam yang kurang dengan tidur siang atau tidur lebih awal di malam hari.

Kendatipun kontroversial, namun akan lebih menyehatkan, atau dari sisi kesehatan menurut para pakar akan lebih baik jika beribadah di rumah. Bahwa Ramadan memang erat dengan ibadah bersama di masjid. Namun, dalam rangka memutus rantai penularan virus korona, dan sesuai anjuran pemerintah agar tetap menerapkan physical distancing. Jadi, sebaiknya beribadah di rumah saja.

Dalam Bahasa yang sederhana, kendatipun di rumah, tetap bisa melakukan ibadah salat tarawih berjamaah dengan keluarga. Dapat tadarrus atau mengaji dan mendengarkan ceramah dari TV atau radio. Dengan demikian tetap dapat menjalankan ibadah Ramadhan dengan lebih tenang dalam arti tidak was was dengan penularan virus korona.

Memang harus disadari tanpa prasangka bahwa menjalani bulan Ramadan saat pandemi korona memang akan sangat berbeda dengan bulan-bulan Ramadan biasanya. Setidaknya ini adalah tahun kedua dari  maraknya pandemi korona. Namun, perlu diingat bahwa hal ini dilakukan demi kepentingan diri dan juga orang banyak. Melindungi sesama pun merupakan bagian dari ritual ibadah. Bahkan bernilai positif tak saja bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.

Kendatipun sederhana, perlu digarisbawahi untuk selalu melakukan tindakan pencegahan, seperti rutin mencuci tangan dengan sabun dan air bersih, mengenakan masker ketika sakit atau saat berada di luar rumah, serta menjalankan protokol kesehatan seara konsisten. Harap senantiasa diingat Ketika nanti mengabaikan protokol kesehatan dan kemudian terkena virus hanya penyesalan yang terjadi.

Intinya hendaknya berpikir rasional untuk tidak terlibat atau melibatkan diri dalam sengkarut permasalahan sosial. Demikian pula secara fisik jangan merasa aman. Tetap menjaga diri dengan protokol kesehatan. Hal ini akan menjadi sarana untuk suksesnya ibadah Ramadhan, dan berhasil meraih gelar Muttaqin. Amin.***